Pemuda Sebagai Penggerak Ekonomi Islam di Indonesia
Pembicara kedua
yang akan menyampaikan hal menarik ini adalah Witjaksono. Seorang entrepereneur
muda yang memulai kariernya pada tahun
2004 berbekal ijazah lulusan Universitas Negeri di Kota Semarang, Universitas
Diponegoro. Ia bermigrasi dari Semarang ke Jakarta dengan modal tekad dan semangat
menjadi seorang pengusaha.
Ia sudah
memiliki beberapa perusahaan terbuka, beberapa diantaranya akan listing. Ia menyampaikan bahwa ia ingin
menciptakan ribuan entrepreneur muda di Indonesia. Idenya tersebut dilatar
belakangi oleh minimnya jumlah pengusaha yang ada di Indonesia. Jumlah minimum
pengusaha untuk sebuah negara maju adalah sebesar 5%. Hal ini sudah dibuktikan
oleh negara – negara seperti Singapura sebesar 7,2%, Jepang 10%, dan lain –
lain. Sedangkan negara kita baru sebesar 1,6%. Ini merupakan rasio entrepreneur
terhadap masalah jumlah penduduk. Fakta lainnya membuktikan bahwa 0,8% dari
jumlah pengusaha kita berusia di bawah 40 tahun. Sayangnya, pengusaha muslim di
dalamnya kurang dari 0,05%. Padahal dengan penduduk 250juta jiwa yang 80%nya
penduduk muslim, harusnya kita dapat mencapai target minimal 5% untuk total
pengusaha.
Ada beberapa
alasan yang ia kemukakan mengenai minimnya pengusaha di Indonesia, yaitu faktor
budaya. Dimana, budaya yang ditandai dengan nyamannya menjadi pegawai yang
notabene bergaji aman perbulan dan lumayan besar, membuat banyak dari
masyarakat kita enggan berpindah kuadran. Faktor yang kedua yaitu pendidikan,
banyak dari lulusan sekolah hingga universitas yang tidak jarang justru
mendidik anak didiknya untuk menjadi seorang pekerja, atau professional. Faktor
terakhir yaitu orang tua. Faktor yang merupakan ruang lingkup paling dekat
dengan diri kita ini ternyata berpengaruh besar karena berkaitan langsung
dengan pola asuh orang tua.
Kita perlu
menyikapi umur – umur dengan usia produktif ini untuk dapat menghasilkan karya yang
baik. Sayangnya, terkadang waktu luang anak tidak terpantau dengan baik. Ada
beberapa dampak dari hal tersebut, yaitu tawuran pelajar dimana pelakunya
merupakan anak – anak terpelajar dan terdidik, sekitar 4 juta remaja terlibat
narkoba, sisanya terlibat kasus hamil di luar nikah. Padahal umur 15 – 25 tahun
merupakan teenspreneur era. Begitu ia menyebutnya. Umur produktif tersebut
dapat menghantarkan jiwa – jiwa muda menuju pembelajaran yang berharga dan
menjadi orang yang produktif di waktu luang.
Oleh karena itu,
ia memiliki program bernama jejak witjak yang insyaaAllah akan segera diliris.
Program ini merupakan hasil besutannya dengan beberapa rekan seperti Tampo
sebagai motivator, Dwiki sebagai budayawan dan Witjak sebagai entrepreneur.
Collaborating harmony yang ia ciptakan bertujuan untuk menghasilkan 1000
enterpreneur muda. Ada beberapa step dalam program tersebut hingga akhirnya
akan dipilih beberapa usaha yang akan dimodali penuh dan dibimbing kembali
hingga sukses.
Acara di UIN
Syarif Hidayatullah ini diakhiri dengan hiburan berupa penampilan marawis qori
dan qori’ah dari HIMA UIN Syarif Hidayatullah yang membawakan dua tembang
shalawat dan penampilan akustik dengan dua lagu modern. (Dea)
0 comments on "Pembangunan Ekonomi Berbasis Inovasi dan Imtaq Menuju Indonesia yang Maju, Adil-Makmur, Berdaulat, dan Diridhai Allah SWT (SESI II)"
Post a Comment
Poskan komentar