Sunday, December 29, 2013

Mempengaruhi Sikap dan Perilaku

Posted by Unknown at 11:55 PM 0 comments
Menurut James F. Engel – Roger D. Blackwell – Paul W. Miniard dalam Saladin (2003 : 19) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu : 
1. Pengaruh lingkungan, terdiri dari budaya, kelas sosial, keluarga dan situasi. Sebagai dasar utama perilaku konsumen adalah memahami pengaruh lingkungan yang membentuk atau menghambat individu dalam mengambil keputusan berkonsumsi mereka. Konsumen hidup dalam lingkungan yang kompleks, dimana perilaku keputusan mereka dipengaruhi oleh keempat faktor tersebut diatas. 
2. Perbedaan dan pengaruh individu, terdiri dari motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup, dan demografi. Perbedaan individu merupkan faktor internal (interpersonal) yang menggerakkan serta mempengaruhi perilaku. Kelima faktor tersebut akan memperluas pengaruh perilaku konsumen dalam proses keputusannya.
3. Proses psikologis, terdiri dari pengolahan informasi, pembelajaran, perubahan sikap dan perilaku. Ketiga faktor tersebut menambah minat utama dari penelitian konsumen sebagai faktor yang turut mempengaruhi perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian. 

Dari judul di atas, mungkin maksudnya adalah perilaku konsumen dalam mempengaruhi sikap dan perilaku. seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa terdapat tiga faktor dalam perilaku konsumen. bahwa perilaku konsumen dipengaruhi oleh ketiga faktor tersebut.
seorang konsumen ada yang sikap dan perilakunya dipengaruhi oleh lingkungannya, kehidupan antar individunya, dan secara psikologis yaitu dirinya sendiri.

SECRET FRIED RICE

Posted by Unknown at 11:48 PM 0 comments

Kali ini coba buat nulis sebuah resep eksperimen karena terinspirasi dari masakan jepang ketika nonton benteng takeshi beberapa tahun lalu. entah kenapa terlintas di benak saya. hahahaha

cerita sedikit, resep ini sih mudah sekali. Ketika di rumah tidak ada lagi yang bisa di masak dan hanya tersisa ini, maka saya buat ini untuk keponakan - keponakan saya di rumah. Biar mereka tertarik makannya, saya umpetin nasinya di dalam omelet telur. Jadi deh..

saya yakin gak perlu resep deh. hehehe
last but not least, nasi goreng di dalem omeletnya ini boleh nasi goreng jenis apapun, mau seafood, classic telur ajah, ayam, daging sapi sampai daging apa aja yang kalian suka rasanya akan tetap sesuai selera. kenapa? soalnya omeletnya plain.

mungkin sedikit resep untuk omeletnya saja ya.
3 butir telur
garam
susu sapi cair plain 150 ml (jangan full cream ya, saya khawatir nanti jadi bolu :p)
lada/merica bubuk
dikocok lepas dan sedikit agak lama agar teksturnya lebih lembut. Untuk susunya jangan terlalu banyak karena bisa merusak tekstur telurnya.

Intinya sih, kalau kita menghidangkan makanan agar menarik minat anak-anak, buat saja sekreatif mungkin, selucu mungkin. Cmiw :)

Pembangunan Ekonomi Berbasis Inovasi dan Imtaq Menuju Indonesia yang Maju, Adil-Makmur, Berdaulat, dan Diridhai Allah SWT (SESI II)

Posted by Unknown at 11:33 PM 0 comments
Pemuda Sebagai Penggerak Ekonomi Islam di Indonesia

Pembicara kedua yang akan menyampaikan hal menarik ini adalah Witjaksono. Seorang entrepereneur muda yang memulai kariernya  pada tahun 2004 berbekal ijazah lulusan Universitas Negeri di Kota Semarang, Universitas Diponegoro. Ia bermigrasi dari Semarang ke Jakarta dengan modal tekad dan semangat menjadi seorang pengusaha.

Ia sudah memiliki beberapa perusahaan terbuka, beberapa diantaranya akan listing. Ia menyampaikan bahwa ia ingin menciptakan ribuan entrepreneur muda di Indonesia. Idenya tersebut dilatar belakangi oleh minimnya jumlah pengusaha yang ada di Indonesia. Jumlah minimum pengusaha untuk sebuah negara maju adalah sebesar 5%. Hal ini sudah dibuktikan oleh negara – negara seperti Singapura sebesar 7,2%, Jepang 10%, dan lain – lain. Sedangkan negara kita baru sebesar 1,6%. Ini merupakan rasio entrepreneur terhadap masalah jumlah penduduk. Fakta lainnya membuktikan bahwa 0,8% dari jumlah pengusaha kita berusia di bawah 40 tahun. Sayangnya, pengusaha muslim di dalamnya kurang dari 0,05%. Padahal dengan penduduk 250juta jiwa yang 80%nya penduduk muslim, harusnya kita dapat mencapai target minimal 5% untuk total pengusaha.

Ada beberapa alasan yang ia kemukakan mengenai minimnya pengusaha di Indonesia, yaitu faktor budaya. Dimana, budaya yang ditandai dengan nyamannya menjadi pegawai yang notabene bergaji aman perbulan dan lumayan besar, membuat banyak dari masyarakat kita enggan berpindah kuadran. Faktor yang kedua yaitu pendidikan, banyak dari lulusan sekolah hingga universitas yang tidak jarang justru mendidik anak didiknya untuk menjadi seorang pekerja, atau professional. Faktor terakhir yaitu orang tua. Faktor yang merupakan ruang lingkup paling dekat dengan diri kita ini ternyata berpengaruh besar karena berkaitan langsung dengan pola asuh orang tua.

Kita perlu menyikapi umur – umur dengan usia produktif ini untuk dapat menghasilkan karya yang baik. Sayangnya, terkadang waktu luang anak tidak terpantau dengan baik. Ada beberapa dampak dari hal tersebut, yaitu tawuran pelajar dimana pelakunya merupakan anak – anak terpelajar dan terdidik, sekitar 4 juta remaja terlibat narkoba, sisanya terlibat kasus hamil di luar nikah. Padahal umur 15 – 25 tahun merupakan teenspreneur era. Begitu ia menyebutnya. Umur produktif tersebut dapat menghantarkan jiwa – jiwa muda menuju pembelajaran yang berharga dan menjadi orang yang produktif di waktu luang.

Oleh karena itu, ia memiliki program bernama jejak witjak yang insyaaAllah akan segera diliris. Program ini merupakan hasil besutannya dengan beberapa rekan seperti Tampo sebagai motivator, Dwiki sebagai budayawan dan Witjak sebagai entrepreneur. Collaborating harmony yang ia ciptakan bertujuan untuk menghasilkan 1000 enterpreneur muda. Ada beberapa step dalam program tersebut hingga akhirnya akan dipilih beberapa usaha yang akan dimodali penuh dan dibimbing kembali hingga sukses.
Acara di UIN Syarif Hidayatullah ini diakhiri dengan hiburan berupa penampilan marawis qori dan qori’ah dari HIMA UIN Syarif Hidayatullah yang membawakan dua tembang shalawat dan penampilan akustik dengan dua lagu modern. (Dea)


Pembangunan Ekonomi Berbasis Inovasi dan Imtaq Menuju Indonesia yang Maju, Adil-Makmur, Berdaulat, dan Diridhai Allah SWT (SESI I)

Posted by Unknown at 11:28 PM 0 comments
Pada hari Jum’at, 13 Desember 2013, UIN Hidayatullah Jakarta mengadakan sebuah seminar bertajuk “Pembangunan Ekonomi Berbasis Inovasi dan Imtaq Menuju Indonesia yang Maju, Adil-Makmur, Berdaulat, dan Diridhai Allah SWT.” Seminar ini disampaikan oleh dua orang pembicara, yaitu: Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS. dan Witjaksono. Pembicara pertama merupakan Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB serta pernah menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan RI pada tahun 2001 sampai 2004. Sedangkan pembicara kedua adalah seorang entrepreneur muda yang sudah memiliki beberapa perusahaan dan kini memiliki sebuah program untuk melahirkan entrepreneur muda selanjutnya. Sebelumnya mari kita lihat resume materi yang disampaikan oleh Bapak Rokhmin Dahuri, MS.
Masalah bangsa kita saat ini
Bapak Rokhim menyampaikan bahwa Indonesia tercinta ini terlihat begitu memilukan dengan berbagai masalah seperti pengangguran, kemiskinan, kesenjangan antara orang kaya dan orang miskin, disparitas wilayah dan lain-lain. Padahal pertumbuhan ekonomi kita menempati posisi tertinggi kedua pada pertumbuhan ekonomi dunia setelah China. Belum lagi, pada tahun 2011, Indonesia masuk ke dalam list investment grade. Tidak hanya itu, PDB kita pun menempati urutan ke-16 di dunia! Fakta-fakta yang membanggakan tersebut sayangnya tidak seperti kelihatannya. Karena prestasi pertumbuhan ekonomi kita sebesar 6,3%  tidak sejalan dengan makro ekonominya. Ada GAP yang tinggi dan besar antara sector riil dan sector moneter. Beliau menyampaikan bahwa sebabnya adalah sistem yang kita anut merupakan sistem kapitalisme. Sudah jelas kita ketahui bahwa sistem tersebut memiliki cacat bawaan. Cacat sejak awal dan kita berkiblat pada mereka. Pada bangsa-bangsa yang sekarang ini tengah kolaps, sebut saja eropa, amerika, dan sebagainya. Untuk itu, kita harus menjadi bangsa yang dapat bertahan. Selain kembali pada sistem ekonomi pancasila ataupun ekonomi syariah, kita juga harus menjadi bangsa yang berinovasi kuat.
Kita harusnya menyadari bahwa bangsa ini memiliki potensi pembangunan yang jauh lebih besar dari bangsa lainnya. Bisa kita lihat, negara-negara seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Jepang, dan Korea Selatan memiliki potensi yang jauh lebih kecil namun sudah lebih maju, makmur dan mandiri ketimbang Indonesia. Namun, potensi-potensi Indonesia tersebut seakan tenggelam bersama masalah-masalah ekonomi Indonesia saat ini. Perlu kita ketahui, koefisien gini Indonesia saat ini berada pada nilai indeks 0,42. Dimana patokan standar untuk Indonesia adalah 0,35. Semakin nilai koefisien tersebut mendekati 1, berarti kesenjangan yang terjadi cukup signifikan. Beliau memperlihatkan sebuah fakta dalam majalah FOX bahwa 10 orang kaya didunia sama jumlahnya dengan 60 juta orang miskin. Jika kita lihat di Indonesia, kemiskinan kita berjumlah sekitar 50% dengan standar world bank $2 per hari. Bagaimana tidak? Jika acuan kita merupakan dollar yang saat ini tengah menembus angka Rp 12.100, maka nilai $2 per hari akan meningkatkan persentase jumlah orang miskin di Indonesia. Tidak hanya itu, disparitas wilayah pun terjadi karena didominasi wilayah Jawa sebesar 58%, Sumatera 24%, dan 18% tersebar di wilayah lainnya. Begitu pula dengan kesenjangan ekonomi karena ketidakmerataan investasi di setiap wilayah, daerah investasi hanya didominasi oleh Pulau Jawa 71% dan Riau 29%. Tidak hanya itu, pada tahun 2012, 36% anak balita menderita gizi kronis dan Indonesia menempati posisi ketujuh penderita diabetes. Fakta lainnya, kekayaan migas kita pun tidak memberikan manfaat yang besar seperti Pertamina, kita hanya memiliki 16% saja.
Tantangan Bangsa Indonesia
Inilah permasalahan dan tantangan pembangunan Indonesia, penyebab ketertinggalan Indonesia salah satunya adalah karena pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi namun kurang berkualitas dan tidak inklusif. Pertumbuhan ekonomi pada dekade terakhir sebagian besar dihasilkan oleh sektor moneter dan sektor riil non-tradable yang hanya sedikit sekali menyerap tenaga kerja. Pembangunan sektor riil non-tradable ini adalah pembangunan berupa konstruksi, angkutan, pasar swalayan/malls, dan hiburan yang hanya dibangun di kota – kota besar dan Pulau Jawa serta dinikmati masyarakat menengah ke atas. Sedangkan sektor ekonomi riil trradble seperti kelautan, perikanan, pertanian, kehutanan ESDM, pariwisata dan industry manufakturing justru tumbuh sangat lambat. Penyerapan tenaga kerja pun jauh lebih besar sektor ekonomi tradable yaitu 400.000 per 1% dari sektor ekonomi riil non-tradable yang hanya dapat menyerap 100.000 per 1% pertumbuhan ekonomi (Bappenas,2008).
Tantangan serius lainnya adalah deficit neraca perdagangan dimana nilai impor kita lebih besar dari nilai ekspor pada awal tahun ini. Sejak diberlakukannya reziim perdagangan bebas antara Indonesia dengan negara-negara ASEAN surplus kita mulai menyusut dan akhirnya negative pada akhir tahun 2012. Tanpa dibarengi dengan peningkatan daya saing ekonomi yang tinggi, perbaikan infrastruktur, moral, kemudahan proses perizinan akan menyebabkan kita memiliki daya saing yang negative dan kalah saing.
Selain itu, kita perlu mengurangi ketergantungan kita terhadap sejumlah produk impor dan produk bernilai tambah tinggi. Perlu kita sadari bahwa ketergantungan tersebut tidak hanya menghamburkan devisa namun juga membuat banyak produsen dalam negeri memangkas volume produksinya hingga mem-PHK karyawan. Jika sudah begini, maka pengangguran dan kemiskinan tidak dapat terhindarkan. Akibatnya status gizi anak-anak yang akan  menjadi generasi selanjutnya pun memburuk. Artinya, kita akan meninggalkan generasi-generasi yang lemah fisik dan kurang cerdas. Kondisi semacam ini  akan melemahkan bangsa dalam menguasai dan menerapkan IPTEK yang kemudian berdampak pada rendahnya produktivitas Indonesia. Apabila produktivitas ini dibiarkan rendah dan kita masih saja dalam negara berpendapatan rendah, kita tidak akan bisa menuju menjadi bangsa yang maju dan makmur. Prasyarat untuk menuju bangsa yang maju dan makmur adalah kita dapat mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 7-9 persen per tahun selama periode 2013-2025.
Tantangan lainnya adalah rentannya kedaulatan (ketahanan dan kemandirian) pangan dan energy nasional. Hal tersebut dapat kita lihat bahwa Indonesia menjadi salah satu bangsa pengimpor bahan-bahan pangan terbesar di dunia. Padahal kita memiliki potensi yang besar dan beragam.
Tidak hanya itu, kurangnya kualitas dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia disebabkan oleh dominasi kepemilikan asing pada sektor-sektor ekonomi strategis. Hal ini akibat dari kebijakan pemerintah dan BI yang membolehkan kepemilikan asing sampai 99 persen serta keleluasaan bank dengan saham m ayoritas asing untuk dpaat beroperasi hingga ke daerah-daerah pedesaan.
Sepertinya memang benar high risk high return. Inilah yang menurut saya merupakan tantangan bangsa ini, sumber daya  alam berlimpah yang jika dikelola dengan baik tentu akan menghasilkan hasil yang tentunya lebih banyak. Namun, memang memiliki resiko yang tinggi, bisa saja sumber daya alam kita dikelola negara lain atau justru perlahan kita akan melihat resiko sumber daya alam yang tidak akan terkelola dengan baik.

Kepribadian, Nilai, dan Gaya Hidup

Posted by Unknown at 11:12 PM 0 comments
Kepribadian
Kepribadian adalah karakteristik psikologis seseorang yang menentukan dan merefleksikan bagaimana seseorang merespon lingkungannya(Schiffman dan Kanuk,2000). Dari definisi tersebut dapat kita pahami bahwa setiap orang tentu memiliki kepribadian yang berbeda dengan yang lain. Kenapa? Karena hal ini dipengaruhi oleh masing-masing psikologis setiap orang.
Contohnya, tentu berbeda seseorang yang berkepribadian tertutup merespon pertanyaan yang dilontarkan temannya seputar kehidupannya. Tentu ia akan menjawab seadanya saja dan tanpa banyak memberi informasi. Lain halnya jika temannya melontarkan pertanyaan tersebut kepada teman yang berkepribadian terbuka. Atau kita biasanya menyebut seseorang berkepribadian tertutup (introvert) atau berkepribadian terbuka (extrovert).

Nilai (value) merupakan kata sifat yang selalu terkait dengan benda, barang, orang atau hal-hal tertentu yang menyertai kata tersebut. Nilai adalah sebuah konsep yang abstrak yang hanya bisa dipahami jika dikaitkan dengan benda, barang, orang atau hal-hal tertentu. Sebagai contoh jika kita kaitan dengan barang, harga TV tersebut 1 juta rupiah. Maknanya adalah TV tersebut bernilai satu juta rupiah. Lain halnya dengan nilai moral, nilai moral merupakan tolok ukur suatu tindakan yang membuat dirinya semakin bernilai atau bermanfaat bagi orang disekitarnya. Artinya tindakan atau kegiatan yang dilakukan orang tersebut akan memberikan nilai pada dirinya untuk dapat diperhitungkan di dalam masyarakat.

Gaya Hidup
Gaya hidup menurut Plummer (1983) gaya hidup adalah cara hidup individu yang di identifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitar. Gaya hidup atau kita biasa menyebutnya lifestyle merupakan suatu ciri seseorang dalam bertindak dan beraktivitas. Hal tersebut dapat kita lihat dari cara seseorang mengambil keputusan. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki gaya hidup mewah cenderung membeli barang yang sifatnya prestige atau memiliki brand yang diakui dunia, berkualitas, mahal dan sebagainya. Misalnya orang tersebut lebih memilih membeli puluhan juta untuk sebuah jam tangan walapun ada harga yang lebih murah dengan fungsi yang sama. Itulah gaya hidup. Masing-masing orang memiliki gaya hidup yang berbeda tergantung bagaimana ia memilih sebuah keputusan ingin memiliki gaya hidup yang sama atau berbeda dengan lingkungannya.

Referensi:

Sunday, December 29, 2013

Mempengaruhi Sikap dan Perilaku

Menurut James F. Engel – Roger D. Blackwell – Paul W. Miniard dalam Saladin (2003 : 19) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu : 
1. Pengaruh lingkungan, terdiri dari budaya, kelas sosial, keluarga dan situasi. Sebagai dasar utama perilaku konsumen adalah memahami pengaruh lingkungan yang membentuk atau menghambat individu dalam mengambil keputusan berkonsumsi mereka. Konsumen hidup dalam lingkungan yang kompleks, dimana perilaku keputusan mereka dipengaruhi oleh keempat faktor tersebut diatas. 
2. Perbedaan dan pengaruh individu, terdiri dari motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup, dan demografi. Perbedaan individu merupkan faktor internal (interpersonal) yang menggerakkan serta mempengaruhi perilaku. Kelima faktor tersebut akan memperluas pengaruh perilaku konsumen dalam proses keputusannya.
3. Proses psikologis, terdiri dari pengolahan informasi, pembelajaran, perubahan sikap dan perilaku. Ketiga faktor tersebut menambah minat utama dari penelitian konsumen sebagai faktor yang turut mempengaruhi perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian. 

Dari judul di atas, mungkin maksudnya adalah perilaku konsumen dalam mempengaruhi sikap dan perilaku. seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa terdapat tiga faktor dalam perilaku konsumen. bahwa perilaku konsumen dipengaruhi oleh ketiga faktor tersebut.
seorang konsumen ada yang sikap dan perilakunya dipengaruhi oleh lingkungannya, kehidupan antar individunya, dan secara psikologis yaitu dirinya sendiri.

SECRET FRIED RICE


Kali ini coba buat nulis sebuah resep eksperimen karena terinspirasi dari masakan jepang ketika nonton benteng takeshi beberapa tahun lalu. entah kenapa terlintas di benak saya. hahahaha

cerita sedikit, resep ini sih mudah sekali. Ketika di rumah tidak ada lagi yang bisa di masak dan hanya tersisa ini, maka saya buat ini untuk keponakan - keponakan saya di rumah. Biar mereka tertarik makannya, saya umpetin nasinya di dalam omelet telur. Jadi deh..

saya yakin gak perlu resep deh. hehehe
last but not least, nasi goreng di dalem omeletnya ini boleh nasi goreng jenis apapun, mau seafood, classic telur ajah, ayam, daging sapi sampai daging apa aja yang kalian suka rasanya akan tetap sesuai selera. kenapa? soalnya omeletnya plain.

mungkin sedikit resep untuk omeletnya saja ya.
3 butir telur
garam
susu sapi cair plain 150 ml (jangan full cream ya, saya khawatir nanti jadi bolu :p)
lada/merica bubuk
dikocok lepas dan sedikit agak lama agar teksturnya lebih lembut. Untuk susunya jangan terlalu banyak karena bisa merusak tekstur telurnya.

Intinya sih, kalau kita menghidangkan makanan agar menarik minat anak-anak, buat saja sekreatif mungkin, selucu mungkin. Cmiw :)

Pembangunan Ekonomi Berbasis Inovasi dan Imtaq Menuju Indonesia yang Maju, Adil-Makmur, Berdaulat, dan Diridhai Allah SWT (SESI II)

Pemuda Sebagai Penggerak Ekonomi Islam di Indonesia

Pembicara kedua yang akan menyampaikan hal menarik ini adalah Witjaksono. Seorang entrepereneur muda yang memulai kariernya  pada tahun 2004 berbekal ijazah lulusan Universitas Negeri di Kota Semarang, Universitas Diponegoro. Ia bermigrasi dari Semarang ke Jakarta dengan modal tekad dan semangat menjadi seorang pengusaha.

Ia sudah memiliki beberapa perusahaan terbuka, beberapa diantaranya akan listing. Ia menyampaikan bahwa ia ingin menciptakan ribuan entrepreneur muda di Indonesia. Idenya tersebut dilatar belakangi oleh minimnya jumlah pengusaha yang ada di Indonesia. Jumlah minimum pengusaha untuk sebuah negara maju adalah sebesar 5%. Hal ini sudah dibuktikan oleh negara – negara seperti Singapura sebesar 7,2%, Jepang 10%, dan lain – lain. Sedangkan negara kita baru sebesar 1,6%. Ini merupakan rasio entrepreneur terhadap masalah jumlah penduduk. Fakta lainnya membuktikan bahwa 0,8% dari jumlah pengusaha kita berusia di bawah 40 tahun. Sayangnya, pengusaha muslim di dalamnya kurang dari 0,05%. Padahal dengan penduduk 250juta jiwa yang 80%nya penduduk muslim, harusnya kita dapat mencapai target minimal 5% untuk total pengusaha.

Ada beberapa alasan yang ia kemukakan mengenai minimnya pengusaha di Indonesia, yaitu faktor budaya. Dimana, budaya yang ditandai dengan nyamannya menjadi pegawai yang notabene bergaji aman perbulan dan lumayan besar, membuat banyak dari masyarakat kita enggan berpindah kuadran. Faktor yang kedua yaitu pendidikan, banyak dari lulusan sekolah hingga universitas yang tidak jarang justru mendidik anak didiknya untuk menjadi seorang pekerja, atau professional. Faktor terakhir yaitu orang tua. Faktor yang merupakan ruang lingkup paling dekat dengan diri kita ini ternyata berpengaruh besar karena berkaitan langsung dengan pola asuh orang tua.

Kita perlu menyikapi umur – umur dengan usia produktif ini untuk dapat menghasilkan karya yang baik. Sayangnya, terkadang waktu luang anak tidak terpantau dengan baik. Ada beberapa dampak dari hal tersebut, yaitu tawuran pelajar dimana pelakunya merupakan anak – anak terpelajar dan terdidik, sekitar 4 juta remaja terlibat narkoba, sisanya terlibat kasus hamil di luar nikah. Padahal umur 15 – 25 tahun merupakan teenspreneur era. Begitu ia menyebutnya. Umur produktif tersebut dapat menghantarkan jiwa – jiwa muda menuju pembelajaran yang berharga dan menjadi orang yang produktif di waktu luang.

Oleh karena itu, ia memiliki program bernama jejak witjak yang insyaaAllah akan segera diliris. Program ini merupakan hasil besutannya dengan beberapa rekan seperti Tampo sebagai motivator, Dwiki sebagai budayawan dan Witjak sebagai entrepreneur. Collaborating harmony yang ia ciptakan bertujuan untuk menghasilkan 1000 enterpreneur muda. Ada beberapa step dalam program tersebut hingga akhirnya akan dipilih beberapa usaha yang akan dimodali penuh dan dibimbing kembali hingga sukses.
Acara di UIN Syarif Hidayatullah ini diakhiri dengan hiburan berupa penampilan marawis qori dan qori’ah dari HIMA UIN Syarif Hidayatullah yang membawakan dua tembang shalawat dan penampilan akustik dengan dua lagu modern. (Dea)


Pembangunan Ekonomi Berbasis Inovasi dan Imtaq Menuju Indonesia yang Maju, Adil-Makmur, Berdaulat, dan Diridhai Allah SWT (SESI I)

Pada hari Jum’at, 13 Desember 2013, UIN Hidayatullah Jakarta mengadakan sebuah seminar bertajuk “Pembangunan Ekonomi Berbasis Inovasi dan Imtaq Menuju Indonesia yang Maju, Adil-Makmur, Berdaulat, dan Diridhai Allah SWT.” Seminar ini disampaikan oleh dua orang pembicara, yaitu: Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS. dan Witjaksono. Pembicara pertama merupakan Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB serta pernah menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan RI pada tahun 2001 sampai 2004. Sedangkan pembicara kedua adalah seorang entrepreneur muda yang sudah memiliki beberapa perusahaan dan kini memiliki sebuah program untuk melahirkan entrepreneur muda selanjutnya. Sebelumnya mari kita lihat resume materi yang disampaikan oleh Bapak Rokhmin Dahuri, MS.
Masalah bangsa kita saat ini
Bapak Rokhim menyampaikan bahwa Indonesia tercinta ini terlihat begitu memilukan dengan berbagai masalah seperti pengangguran, kemiskinan, kesenjangan antara orang kaya dan orang miskin, disparitas wilayah dan lain-lain. Padahal pertumbuhan ekonomi kita menempati posisi tertinggi kedua pada pertumbuhan ekonomi dunia setelah China. Belum lagi, pada tahun 2011, Indonesia masuk ke dalam list investment grade. Tidak hanya itu, PDB kita pun menempati urutan ke-16 di dunia! Fakta-fakta yang membanggakan tersebut sayangnya tidak seperti kelihatannya. Karena prestasi pertumbuhan ekonomi kita sebesar 6,3%  tidak sejalan dengan makro ekonominya. Ada GAP yang tinggi dan besar antara sector riil dan sector moneter. Beliau menyampaikan bahwa sebabnya adalah sistem yang kita anut merupakan sistem kapitalisme. Sudah jelas kita ketahui bahwa sistem tersebut memiliki cacat bawaan. Cacat sejak awal dan kita berkiblat pada mereka. Pada bangsa-bangsa yang sekarang ini tengah kolaps, sebut saja eropa, amerika, dan sebagainya. Untuk itu, kita harus menjadi bangsa yang dapat bertahan. Selain kembali pada sistem ekonomi pancasila ataupun ekonomi syariah, kita juga harus menjadi bangsa yang berinovasi kuat.
Kita harusnya menyadari bahwa bangsa ini memiliki potensi pembangunan yang jauh lebih besar dari bangsa lainnya. Bisa kita lihat, negara-negara seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Jepang, dan Korea Selatan memiliki potensi yang jauh lebih kecil namun sudah lebih maju, makmur dan mandiri ketimbang Indonesia. Namun, potensi-potensi Indonesia tersebut seakan tenggelam bersama masalah-masalah ekonomi Indonesia saat ini. Perlu kita ketahui, koefisien gini Indonesia saat ini berada pada nilai indeks 0,42. Dimana patokan standar untuk Indonesia adalah 0,35. Semakin nilai koefisien tersebut mendekati 1, berarti kesenjangan yang terjadi cukup signifikan. Beliau memperlihatkan sebuah fakta dalam majalah FOX bahwa 10 orang kaya didunia sama jumlahnya dengan 60 juta orang miskin. Jika kita lihat di Indonesia, kemiskinan kita berjumlah sekitar 50% dengan standar world bank $2 per hari. Bagaimana tidak? Jika acuan kita merupakan dollar yang saat ini tengah menembus angka Rp 12.100, maka nilai $2 per hari akan meningkatkan persentase jumlah orang miskin di Indonesia. Tidak hanya itu, disparitas wilayah pun terjadi karena didominasi wilayah Jawa sebesar 58%, Sumatera 24%, dan 18% tersebar di wilayah lainnya. Begitu pula dengan kesenjangan ekonomi karena ketidakmerataan investasi di setiap wilayah, daerah investasi hanya didominasi oleh Pulau Jawa 71% dan Riau 29%. Tidak hanya itu, pada tahun 2012, 36% anak balita menderita gizi kronis dan Indonesia menempati posisi ketujuh penderita diabetes. Fakta lainnya, kekayaan migas kita pun tidak memberikan manfaat yang besar seperti Pertamina, kita hanya memiliki 16% saja.
Tantangan Bangsa Indonesia
Inilah permasalahan dan tantangan pembangunan Indonesia, penyebab ketertinggalan Indonesia salah satunya adalah karena pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi namun kurang berkualitas dan tidak inklusif. Pertumbuhan ekonomi pada dekade terakhir sebagian besar dihasilkan oleh sektor moneter dan sektor riil non-tradable yang hanya sedikit sekali menyerap tenaga kerja. Pembangunan sektor riil non-tradable ini adalah pembangunan berupa konstruksi, angkutan, pasar swalayan/malls, dan hiburan yang hanya dibangun di kota – kota besar dan Pulau Jawa serta dinikmati masyarakat menengah ke atas. Sedangkan sektor ekonomi riil trradble seperti kelautan, perikanan, pertanian, kehutanan ESDM, pariwisata dan industry manufakturing justru tumbuh sangat lambat. Penyerapan tenaga kerja pun jauh lebih besar sektor ekonomi tradable yaitu 400.000 per 1% dari sektor ekonomi riil non-tradable yang hanya dapat menyerap 100.000 per 1% pertumbuhan ekonomi (Bappenas,2008).
Tantangan serius lainnya adalah deficit neraca perdagangan dimana nilai impor kita lebih besar dari nilai ekspor pada awal tahun ini. Sejak diberlakukannya reziim perdagangan bebas antara Indonesia dengan negara-negara ASEAN surplus kita mulai menyusut dan akhirnya negative pada akhir tahun 2012. Tanpa dibarengi dengan peningkatan daya saing ekonomi yang tinggi, perbaikan infrastruktur, moral, kemudahan proses perizinan akan menyebabkan kita memiliki daya saing yang negative dan kalah saing.
Selain itu, kita perlu mengurangi ketergantungan kita terhadap sejumlah produk impor dan produk bernilai tambah tinggi. Perlu kita sadari bahwa ketergantungan tersebut tidak hanya menghamburkan devisa namun juga membuat banyak produsen dalam negeri memangkas volume produksinya hingga mem-PHK karyawan. Jika sudah begini, maka pengangguran dan kemiskinan tidak dapat terhindarkan. Akibatnya status gizi anak-anak yang akan  menjadi generasi selanjutnya pun memburuk. Artinya, kita akan meninggalkan generasi-generasi yang lemah fisik dan kurang cerdas. Kondisi semacam ini  akan melemahkan bangsa dalam menguasai dan menerapkan IPTEK yang kemudian berdampak pada rendahnya produktivitas Indonesia. Apabila produktivitas ini dibiarkan rendah dan kita masih saja dalam negara berpendapatan rendah, kita tidak akan bisa menuju menjadi bangsa yang maju dan makmur. Prasyarat untuk menuju bangsa yang maju dan makmur adalah kita dapat mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 7-9 persen per tahun selama periode 2013-2025.
Tantangan lainnya adalah rentannya kedaulatan (ketahanan dan kemandirian) pangan dan energy nasional. Hal tersebut dapat kita lihat bahwa Indonesia menjadi salah satu bangsa pengimpor bahan-bahan pangan terbesar di dunia. Padahal kita memiliki potensi yang besar dan beragam.
Tidak hanya itu, kurangnya kualitas dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia disebabkan oleh dominasi kepemilikan asing pada sektor-sektor ekonomi strategis. Hal ini akibat dari kebijakan pemerintah dan BI yang membolehkan kepemilikan asing sampai 99 persen serta keleluasaan bank dengan saham m ayoritas asing untuk dpaat beroperasi hingga ke daerah-daerah pedesaan.
Sepertinya memang benar high risk high return. Inilah yang menurut saya merupakan tantangan bangsa ini, sumber daya  alam berlimpah yang jika dikelola dengan baik tentu akan menghasilkan hasil yang tentunya lebih banyak. Namun, memang memiliki resiko yang tinggi, bisa saja sumber daya alam kita dikelola negara lain atau justru perlahan kita akan melihat resiko sumber daya alam yang tidak akan terkelola dengan baik.

Kepribadian, Nilai, dan Gaya Hidup

Kepribadian
Kepribadian adalah karakteristik psikologis seseorang yang menentukan dan merefleksikan bagaimana seseorang merespon lingkungannya(Schiffman dan Kanuk,2000). Dari definisi tersebut dapat kita pahami bahwa setiap orang tentu memiliki kepribadian yang berbeda dengan yang lain. Kenapa? Karena hal ini dipengaruhi oleh masing-masing psikologis setiap orang.
Contohnya, tentu berbeda seseorang yang berkepribadian tertutup merespon pertanyaan yang dilontarkan temannya seputar kehidupannya. Tentu ia akan menjawab seadanya saja dan tanpa banyak memberi informasi. Lain halnya jika temannya melontarkan pertanyaan tersebut kepada teman yang berkepribadian terbuka. Atau kita biasanya menyebut seseorang berkepribadian tertutup (introvert) atau berkepribadian terbuka (extrovert).

Nilai (value) merupakan kata sifat yang selalu terkait dengan benda, barang, orang atau hal-hal tertentu yang menyertai kata tersebut. Nilai adalah sebuah konsep yang abstrak yang hanya bisa dipahami jika dikaitkan dengan benda, barang, orang atau hal-hal tertentu. Sebagai contoh jika kita kaitan dengan barang, harga TV tersebut 1 juta rupiah. Maknanya adalah TV tersebut bernilai satu juta rupiah. Lain halnya dengan nilai moral, nilai moral merupakan tolok ukur suatu tindakan yang membuat dirinya semakin bernilai atau bermanfaat bagi orang disekitarnya. Artinya tindakan atau kegiatan yang dilakukan orang tersebut akan memberikan nilai pada dirinya untuk dapat diperhitungkan di dalam masyarakat.

Gaya Hidup
Gaya hidup menurut Plummer (1983) gaya hidup adalah cara hidup individu yang di identifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitar. Gaya hidup atau kita biasa menyebutnya lifestyle merupakan suatu ciri seseorang dalam bertindak dan beraktivitas. Hal tersebut dapat kita lihat dari cara seseorang mengambil keputusan. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki gaya hidup mewah cenderung membeli barang yang sifatnya prestige atau memiliki brand yang diakui dunia, berkualitas, mahal dan sebagainya. Misalnya orang tersebut lebih memilih membeli puluhan juta untuk sebuah jam tangan walapun ada harga yang lebih murah dengan fungsi yang sama. Itulah gaya hidup. Masing-masing orang memiliki gaya hidup yang berbeda tergantung bagaimana ia memilih sebuah keputusan ingin memiliki gaya hidup yang sama atau berbeda dengan lingkungannya.

Referensi:

 

DreamCatcher Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez