Sunday, August 31, 2014

One hour in dream

Posted by Unknown at 6:36 PM 1 comments
Ketika adzan subuh berkumandang, mata saya mengerjap beberapa kali. Rasa kantuk masih menghampiri setelah saya tertidur 1 jam sebelumnya. Namun, saya bersegera bangun. Dengan perasaan sedih dan sambil menangis, saya mencuci muka dan mengambil wudhu.
Saya rasa, saya homesick. Saya tidak begitu ingat mimpi yang mendatangi di waktu saya terlelap. Tapi yang saya ingat, saya merindukan mama. Dan saya begitu merindukannya, wajahnya, bicaranya, bahkan omelannya. Saya rindu ayah dan adik-adik saya. Saya rindu berkumpul kembali.
1 jam di waktu terlelap sepertinya menguras air mata saya. Saya masih menangis dan rasanya masih tertinggal hingga sekarang. I miss you, Mom.

Thursday, August 28, 2014

Thanks

Posted by Unknown at 2:23 AM 1 comments

Thanks... Thanks.. Thanks..

Yang tau tanpa harus diceritakan
Yang mengerti tanpa harus diminta
Yang persis seperti cermin
Yang paham tidak menyakiti hati
But i know, nobody's perfect.
Begitu pula saya...
Saya tidak akan menuntut kesempurnaan. Karena saya pun tidak sempurna.
Saya hanya bisa melakukan yang terbaik...
Berusaha sebaik mungkin untuk rasa terimakasih ini...
Allah..
Maybe it is always meant for do?
Wallahu'alam...
I'll give my best to Allah..
And may Allah create a perfect story line.

Titip salam

Posted by Unknown at 2:12 AM 0 comments

Ketika tulisan ini terbit, kereta Progo, ekonomi AC baru saja meninggalkan stasiun Cirebon. Hari ini, perjalanan ala backpacker ke Jogjakarta dimulai.
Kalau boleh cerita sedikit nih, harapannya mau sekali naik gunung. Beberapa teman sudah mengajak naik gunung dari gunung gede, papandayan hingga cikuray. Tapi apa daya, anak gadis yang belum diijinkan dibawa jauh oleh orang lain *cie* akhirnya hanya bisa jalan jalan atas nama keluarga atau kampus. Ahahaha
Terakhir kali perjalanan jauh saya waktu mengikuti temu ilmiah nasional di Malang. Itupun penuh dengan pertumpahan darah hahahaha engga ding, maksudnya butuh perdebatan panjang dan alot seperti debat calon presiden kemarin. Ah jangan bahas presiden dulu kayanya. Saya masih mau refreshing. hehehe
Ada rasa ingin sekali naik gunung lagi atau sekedar tracking, menyapa hutan belantara dari dekat atau menatap awan dari dekat. Memang yang belum kesampean sih melihat gerombolan awan yang saling berkejaran di bawah kaki. Waaaah.. Belum pernah lihat lautan awan dari atas puncak gunung :(
Hari ini pun, kakak saya di SEF sedang menuju Mahameru dan lagi lagi, saya hanya bisa titip salam pada awan. Mungkin suatu saat, saya bisa menyapa mereka langsung, sedekat yang saya bisa. :-)

Ja mata ne, sora!

Tuesday, August 26, 2014

Menanti September Datang

Posted by Unknown at 7:39 PM 0 comments

Beberapa hari lagi, september datang. Saya sangat menantikan september datang!!! Yeeay..
September nanti, di awal bulan, saya akan sidang Penulisan Ilmiah. Doakan yaa... Selain itu, saya juga bersemangat sekali dengan hobi lama yang akan bersemi kembali, menjahit!!! Yeay!
Saya suka sekali menjahit. Tapi keterampilan saya baru sekedar menjahit dengan tangan atau manual. Bulan september nanti, saya akan mulai belajar menjahit dengan mesin. Pengajarnya yaitu mamanya teman saya, Elisa.
Pertemuan saya dengan Elisa membuahkan pemikiran untuk membuat sebuah workshop atau pelatihan (doakan bisa dibuat untuk umum ya.. Aamiin), mama elisa yang notabene penjahit ini ingin anaknya juga belajar menjahit. Tapi elisa belum bersemangat karena belum punya teman yang suka menjahit. Akhirnya, Allah mempertemukan kami. Alhamdulillah :)
Kami bersemangat untuk memulai ini!
InsyaAllah. Jika Allah mengizinkan, semoga saya bisa mahir menajhit dan membuat baju sendiri. Lebih baik lagi, bisa punya clothing line dengan standar saya sendiri hihi
Aamiin Allahumma Aamiin

Septembeeeeer!!!

Take your decision

Posted by Unknown at 7:16 PM 0 comments

Pagi tadi setelah beberes rumah, seperti biasa, saya mengantar keponakan ke sekolah. Ada suatu hal yang biasa tapi saya rasa bisa diangkat menjadi sebuah pesan moral untuk saya sendiri dan mungkin bagi pembaca.
Kejadian itu bermula ketika saya sudah mengantar keponakan. Waktu masih menunjukkan pukul 07.00, jadi masih banyak bapak dan ibu yang mengantar anaknya ke sekolah dengan terburu buru karena takut terlambat. Motor hijau saya pun keluar gang dengan kecepatan normal, tidak kencang dan tidak lambat. Jalan pulang menuju rumah dari pertigaan itu, saya harus belok kanan. Hal itu menunjukkan saya harus berhenti sejenak dan mengambil waktu yang tepat karena dari kanan dan kiri jalan masih ramai orang-orang memburu waktu.
Di situ, ada seorang ibu baik hati yg menghentikan motornya sejenak. Tetapi di belakangnya ada seorang bapak yang tidak sabar untuk segera mengantar anaknya. Ia memaksa saya untuk segera mengambil belok kanan. Tapi saya masih diam. Beda sedetik, ia langsung menyalip sang ibu di depannya. Saat itu pula, sebuah mobil mengklakson keras motor bapak tersebut. Itulah alasan saya belum berbelok, di belakang sana ada mobil yang tengah melaju cepat.
Hampir saja motor bapak itu terhempas, padahal hanya perlu bersabar beberapa detik.
Yang dapat saya petik dari ceritadi atas adalah saya harus mengambil keputusan yang saya buat sendiri. Karena saya yang tahu dan harus mengambil semua konsekuensi itu.
Bapak itu juga mengambil keputusan, tapi ia tidak memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Jika orang lain membuatkanmu keputusan, tombol play itu tetap ada di diri kita masing-masing.
Take your own decision!

Sunday, August 31, 2014

One hour in dream

Ketika adzan subuh berkumandang, mata saya mengerjap beberapa kali. Rasa kantuk masih menghampiri setelah saya tertidur 1 jam sebelumnya. Namun, saya bersegera bangun. Dengan perasaan sedih dan sambil menangis, saya mencuci muka dan mengambil wudhu.
Saya rasa, saya homesick. Saya tidak begitu ingat mimpi yang mendatangi di waktu saya terlelap. Tapi yang saya ingat, saya merindukan mama. Dan saya begitu merindukannya, wajahnya, bicaranya, bahkan omelannya. Saya rindu ayah dan adik-adik saya. Saya rindu berkumpul kembali.
1 jam di waktu terlelap sepertinya menguras air mata saya. Saya masih menangis dan rasanya masih tertinggal hingga sekarang. I miss you, Mom.

Thursday, August 28, 2014

Thanks

Thanks... Thanks.. Thanks..

Yang tau tanpa harus diceritakan
Yang mengerti tanpa harus diminta
Yang persis seperti cermin
Yang paham tidak menyakiti hati
But i know, nobody's perfect.
Begitu pula saya...
Saya tidak akan menuntut kesempurnaan. Karena saya pun tidak sempurna.
Saya hanya bisa melakukan yang terbaik...
Berusaha sebaik mungkin untuk rasa terimakasih ini...
Allah..
Maybe it is always meant for do?
Wallahu'alam...
I'll give my best to Allah..
And may Allah create a perfect story line.

Titip salam

Ketika tulisan ini terbit, kereta Progo, ekonomi AC baru saja meninggalkan stasiun Cirebon. Hari ini, perjalanan ala backpacker ke Jogjakarta dimulai.
Kalau boleh cerita sedikit nih, harapannya mau sekali naik gunung. Beberapa teman sudah mengajak naik gunung dari gunung gede, papandayan hingga cikuray. Tapi apa daya, anak gadis yang belum diijinkan dibawa jauh oleh orang lain *cie* akhirnya hanya bisa jalan jalan atas nama keluarga atau kampus. Ahahaha
Terakhir kali perjalanan jauh saya waktu mengikuti temu ilmiah nasional di Malang. Itupun penuh dengan pertumpahan darah hahahaha engga ding, maksudnya butuh perdebatan panjang dan alot seperti debat calon presiden kemarin. Ah jangan bahas presiden dulu kayanya. Saya masih mau refreshing. hehehe
Ada rasa ingin sekali naik gunung lagi atau sekedar tracking, menyapa hutan belantara dari dekat atau menatap awan dari dekat. Memang yang belum kesampean sih melihat gerombolan awan yang saling berkejaran di bawah kaki. Waaaah.. Belum pernah lihat lautan awan dari atas puncak gunung :(
Hari ini pun, kakak saya di SEF sedang menuju Mahameru dan lagi lagi, saya hanya bisa titip salam pada awan. Mungkin suatu saat, saya bisa menyapa mereka langsung, sedekat yang saya bisa. :-)

Ja mata ne, sora!

Tuesday, August 26, 2014

Menanti September Datang

Beberapa hari lagi, september datang. Saya sangat menantikan september datang!!! Yeeay..
September nanti, di awal bulan, saya akan sidang Penulisan Ilmiah. Doakan yaa... Selain itu, saya juga bersemangat sekali dengan hobi lama yang akan bersemi kembali, menjahit!!! Yeay!
Saya suka sekali menjahit. Tapi keterampilan saya baru sekedar menjahit dengan tangan atau manual. Bulan september nanti, saya akan mulai belajar menjahit dengan mesin. Pengajarnya yaitu mamanya teman saya, Elisa.
Pertemuan saya dengan Elisa membuahkan pemikiran untuk membuat sebuah workshop atau pelatihan (doakan bisa dibuat untuk umum ya.. Aamiin), mama elisa yang notabene penjahit ini ingin anaknya juga belajar menjahit. Tapi elisa belum bersemangat karena belum punya teman yang suka menjahit. Akhirnya, Allah mempertemukan kami. Alhamdulillah :)
Kami bersemangat untuk memulai ini!
InsyaAllah. Jika Allah mengizinkan, semoga saya bisa mahir menajhit dan membuat baju sendiri. Lebih baik lagi, bisa punya clothing line dengan standar saya sendiri hihi
Aamiin Allahumma Aamiin

Septembeeeeer!!!

Take your decision

Pagi tadi setelah beberes rumah, seperti biasa, saya mengantar keponakan ke sekolah. Ada suatu hal yang biasa tapi saya rasa bisa diangkat menjadi sebuah pesan moral untuk saya sendiri dan mungkin bagi pembaca.
Kejadian itu bermula ketika saya sudah mengantar keponakan. Waktu masih menunjukkan pukul 07.00, jadi masih banyak bapak dan ibu yang mengantar anaknya ke sekolah dengan terburu buru karena takut terlambat. Motor hijau saya pun keluar gang dengan kecepatan normal, tidak kencang dan tidak lambat. Jalan pulang menuju rumah dari pertigaan itu, saya harus belok kanan. Hal itu menunjukkan saya harus berhenti sejenak dan mengambil waktu yang tepat karena dari kanan dan kiri jalan masih ramai orang-orang memburu waktu.
Di situ, ada seorang ibu baik hati yg menghentikan motornya sejenak. Tetapi di belakangnya ada seorang bapak yang tidak sabar untuk segera mengantar anaknya. Ia memaksa saya untuk segera mengambil belok kanan. Tapi saya masih diam. Beda sedetik, ia langsung menyalip sang ibu di depannya. Saat itu pula, sebuah mobil mengklakson keras motor bapak tersebut. Itulah alasan saya belum berbelok, di belakang sana ada mobil yang tengah melaju cepat.
Hampir saja motor bapak itu terhempas, padahal hanya perlu bersabar beberapa detik.
Yang dapat saya petik dari ceritadi atas adalah saya harus mengambil keputusan yang saya buat sendiri. Karena saya yang tahu dan harus mengambil semua konsekuensi itu.
Bapak itu juga mengambil keputusan, tapi ia tidak memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Jika orang lain membuatkanmu keputusan, tombol play itu tetap ada di diri kita masing-masing.
Take your own decision!

 

DreamCatcher Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez