Thursday, January 19, 2012

Mendidik Anak dengan C.I.N.T.A

Posted by Unknown at 11:05 AM
Senin, 16 Januari 2012

Sambil menunggu hari datangnya UAS atau ujian Akhir semester yang akan diadakan lusa, saya menyempatkan diri untuk mengikuti sebuah seminar yang bertemakan “Mengajar  sebagai wujud dan bakti membangun bangsa”.  Seminar berjudul Gerakan UI Mengajar ini merupakan seminar sekaligus pelepasan secara simbolis kepada 30 mahasiswa UI yang terpilih sebagai pengajar muda.  Gerakan yang diinspirasi dari gerakan Indonesia mengajar ini sangat menarik minat para mahasiswa, kurang lebih 8000an mahasiswa UI ikut mendaftar untuk gerakan ini. Setelah melalui proses seleksi, terpilihlah 30 orang yang akan dikirim ke daerah Bojong, Garut. Mereka akan menjadi pengajar muda yang siap membantu anak – anak di sana selama 23 hari.

Kondisi sekolah di sana sangat memprihatinkan, saya benar – benar terpana ketika kak Maman Abdurahman, ketua BEM UI 2011, memperlihatkan foto – foto keadaan sekolah di sana. Pembangunan sekolah yang “setengah-setengah” atau tidak tuntas itu sangat memprihatinkan. Ada bangunan berlantai 2 yang jika saya lihat cukup berbahaya karena tangganya seperti dibuat seadanyaa dan tanpa pagar pembatas. Beberapa dinding sekolah hanya terbuat dari anyaman kayu dan daun pintu yang terbuat dari kain. Musholla tanpa atap, hanya pondasi yang dapat saya lihat. Selanjutnya, keadaan kamar mandi. Sungguh, saya tidak kaget mungkin karena letaknya di daerah mungkin masih terbilang wajar. Tetapi, sekolah ini hanya memiliki satu kamar mandi. Bukan, bukan kamar mandi. Toilet? Sepertinya bukan. Orang – orang lebih sering menyebutnya jamban. Wah..saya gak habis pikir bagaimana para pengajar muda itu MCK. Hehe
Ironis memang. Pendidikan rasanya menjadi nomor kesekian untuk dapat kepedulian. Saya penasaran dengan latar belakang adanya gerakan ini. Namun, akhirnya terjawab. Ketua BEM UI 2011 ini menjelaskan bahwa pada dasarnya mereka tidak hanya ingin menjadi seorang mahasiswa yang hanya terkenal karena demo atau hanya memberikan kritikikan – kriktikan mereka kepada pemerintah. mereka juga ingin ambil andil dalam membantu pemerintah menuntaskan pendidikan yang agak sulit dijamah pembangunan. Walaupun hanya 23 hari, mereka memiliki visi untuk dapat diwujudkan disana.

Waktunya kembali ke materi seminar  yang akan dibawakan oleh ketiga pembicara yang dihadirkan disini, yaitu Dr. Seto Mulyadi (Ketua Dewan Pembina Komnas Perlindungan Anak), Drs. Widio Winarso (dari Dikjen Dikti) dan Bpk. Hikmat Hardono (Executive Director Indonesia Mengajar).
Materi pertama yang disampaikan oleh kak Seto ini adalah Mendidik Anak dengan CINTA.  Penyampaian materi dengan gaya kak Seto yang ceria dan diselingi beberapa lagu anak ini membuat materi yang disampaikan padat, ringan dan jelas. Namun, tetap memberikan kesan mendalam dalam tiap penyampaiannya. Beliau menjelaskan bagaimana harus menghadapi anak dengan penuh kasih sayang dan cinta. Tidak hanya dengan kata – kata ataupun tindakan kekerasan. 

Setiap anak itu berbeda, mereka memiliki Gaya Belajar yang berbeda – beda. Ada anak yang ketika dijelaskan, ia diam dan menyimak dengan baik sambil memperhatikan. Ada anak yang tipenya adalah pendengar yang baik, dia tidak menatap apa yang dijelaskan. Namun, menyimak dengan baik. Ada pula anak dengan tipe kinektetik, jika ia belajar dengan gerakan, mungkin lebih cepat mengerti.

Setiap anak itu pada dasarnya CERDAS. Hanya saja, kadang potensi mereka tidak muncul karena beberapa hal seperti, lingkungan yang tidak kondusif, diskriminasi dan tindak kekerasan. Anak – anak itu CERDAS, semua tergantung bagaimana mendidik mereka dengan penuh cinta untuk menggali potensi – potensi yang ada dalam diri mereka. 

Namanya juga anak – anak, mereka lebih suka bermain ketimbang belajar. Namun, mereka akan belajar jika mereka sekolah dengan proses yang menyenangkan. Mereka akan suka berada di sekolah dan menerima pelajaran yang disampaikan dengan suara yang riang, permainan yang menarik sehingga akan timbul rasa suka dari dalam diri mereka dengan cap bahwa belajar itu menyenangkan. Tetapi, apabila dalam proses belajar dipenuhi dengan tekanan, omelan, bahkan kekerasan maka apa dampaknya? Dampaknya akan timbul sikap agresif dalam diri anak, bullying, panik,  gelisah, rendah diri dan malas ke sekolah.

Tidak hanya cara mendidik anak yang menjadi kendala dalam pendidikan kita sekarang ini. Kurikulum pendidikan di Indonesia terlalu padat dan kurang berpihak pada hak anak. Kak Seto berpendapat bahwa kurikulum kita saat ini harus dibuat mudah dan ramah anak. Seperti yang saya alami sendiri, adik saya ketika berumur 7 tahun atau kelas 1 Sekolah Dasar sudah harus mempelajari pelajaran Komputer. Memang untuk mengikuti perkembangan teknologi yang sudah semakin maju, manusia harus belajar lebih cepat. Namun, dampaknya tidak baik bagi anak. Mereka tumbuh lebih cepat dari umur mereka, kadang materi yang disajikan untuk belajar terlalu berat dan hal tersebut menekan anak. Hal seperti ini yang terjadi saat ini sangat memprihatinkan dalam perkembangan anak. Padahal sistem pengembangan yang tepat, sesuai dengan umur anak akan mempermudah dalam pembangunan karakter yang positif bagi anak.

Semua anak pada dasarnya senang belajar. Hal ini tergantung bagaimana pengajarnya. Apakah baik? Yang dengan sabar menerangkan atau pengajar yang cepat marah – marah? Karena itu diperlukan pengajar yang professional dan mendidik dengan cinta untuk mengembangkan diri anak agar lebih baik lagi. Pengajar yang dapat mengendalikan suasana  gembira dapat menjadikan anak belajar lebih efektif.

Selain itu, anak – anak yang kesulitan belajar biasanya mereka mendapatkan kekerasan yang terjadi di dalam keluarga. Contohnya, apabila seorang anak yang belum mengerjakan PR nya maka orang tua akan dengan mudah membentak, mencubit, menjewer dan lain – lain. Perbuatan – perbuatan semacam ini akan menimbulkan dampak yang tidak baik bagi anak. Mungkin anak akan takut kemudian mengerjakan PR nya, tetapi anak akan dengan mudah tertekan, tidak fokus, malas dan kekerasan dapat membentuk karakter anak menjadi agresif dan kasar.

Kekerasan yang terjadi tidak hanya terjadi di dalam keluarga. Kekerasan juga terjadi karena media elektronika contohnya  iklan dan sinetron mendominasi penayangan di televise, sedangkan tayangan pendidikan berbeda jauh di bawah tayangan iklan, sinetron, hiburan, dan lain – lain. Kekerasan yang terjadi di tengah masyarakat seperti pekerja anak, pengamen anak – anak, jual beli anak, dan sebagainya.
Anak – anak memiliki rasa ingin tahu yang luar biasa. Kembangkanlah aspek kognitif, afektif dan psikomotorik anak sehingga rasa ingin tahunya yang luar biasa akan terpuaskan dengan jawaban yang memuaskan. Anak pun akan berpikir lebih kritis atas apa yang ia tanyakan.

Semua anak itu unik, autentik dan tidak terbandingkan! Setiap anak memiliki karakter yang berbeda – beda, gaya belajar yang berbeda – beda, memiliki minat dan bakat yang berbeda – beda. Oleh karena itu, jangan pernah membandingkan seorang anak dengan kakaknya, adiknya ataupun temannya. Jika hal itu dilakukan, anak akan merasa rendah diri dan tidak akan menjadi dirinya sendiri.

Anak –anak tumbuh dan berkembang dengan bermain, karena itu ajarilah anak dengan cara berpikir mereka. Bukan dengan cara berpikir orang dewasa yang apabila tidak mengerti, langsung dimarahi, dibentak. Janganlah mudah terpancing emosi dan mudah berputus asa dalam mengajari anak – anak. Ingatlah, mereka hanya anak – anak. Karakter mereka di masa depan tergantung bagaimana mereka diperlakukan ketika mereka masih anak – anak.

Kecerdasan seorang anak tidak hanya dilihat dari IQ saja. IQ bukanlah segalanya, tumbuhkanlah kreatifitas anak sehingga ia dapat mengembangkan jalan pikirannya menjadi sebuah inovasi yang berbeda dari yang lain. Out of the box.
Berikut 8 macam kecerdasan pada anak :
·         Cerdas angka
·         Cerdas kata
·         Cerdas gambar
·         Cerdas musik
·         Cerdas tubuh
·         Cerdas teman
·         Cerdas diri
·         Cerdas alam
Karena itulah, setiap anak berbeda kecerdasannya. Lihatlah termasuk dalam kategori mana seorang anak, ajarilah sesuai letak kecerdasannya. Mari saya beri contoh, seorang anak yang memiiliki kecerdasan di bidang musik. Ajarilah ia matematika dengan lagu sederhana, jangan paksa ia harus menghafal seluruh angka mentah – mentah. Anda dapat membuat sendiri lagu dengan nada sederhana ataupun dengan cara cara yang kreatif dan menyenagkan. Karena, Kunci sukses dalam mengajari anak adalah KREATIF.

Bagaimana belajar yang efektif? Belajar yang efektif adalah belajar dengan suasana yang menyenagkan. Belajar yang mencakup beberapa hal di bawah ini, yaitu :
·         Hiburan
·         Permainan
·         Warna – warni
·         Berpikir positif
·         Badan segar
·         Emosi yang sehat
             Tidak hanya suasana yang menyenangkan untuk belajar lebih efektif. Pengajar pun memiliki peran penting dalam mendidik anak. Seorang pengajar yang menyenangkan akan disukai anak didiknya. Maka seorang pengajar harus dapat melatih senyumnya yang ramah dan menyenangkan untuk anak didiknya, melatih suaranya agar lebih lepas dan riang dengan intonasi yang ceria dan melatih caranya berbicara dengan anak – anak.

        Seorang pendidik dan pengajar professional harus mampu menjadi artis serba bisa. Pendidik dan pengajar dituntut mengikuti pola pikir anak – anak, sehingga pendidik dapat bertranformasi menjadi :
·         Penyanyi
·         Pelawak
·         Seniman
·         Pelawak
·         Pesulap
·         Ilmuwan,
·         Dan lain lain
Hal seperti ini membuat anak akan terinspirasi oleh pendidiknya yang kreatif. Anak pun tidak akan merasa bosan untuk belajar di sekolah dengan pengajar dan pendidik yang kreatif seperti ini.
Topik mengenai kekerasan dalam seminar sangat dominan diisampaikan oleh Kak Seto. Beliau berkali kali menyampaikan untuk menjadikan rumah dan sekolah yang ramah untuk anak, menghindari kekerasan yang dapat membunuh karakter anak dan ajarilah anak dengan C.I.N.T.A ^^

Dari materi yang telah disampaikan di atas, saya dapat menyimpulkan beberapa poin penting dalam mendidik anak, yaitu :
*      Hentikan pola kekerasan yang sepertinya sudah terbiasa terjadi dalam keluarga, seperti membentak, menjewer, mencubit dan sebagainya. Anak membutuhkan rumah yang ramah untuk pengembangan karakter yang positif.
*      Setiap anak itu unik, kita tidak dapat melakukan standarisasi pada setiap anak dengan tuntutan yang dapat memberatkan anak.
*      Jadilah pendidik dan pengajar yang kreatif
*      Dan mendidiklah dengan CINTA

                    Materi yang disampaikan oleh bapak Hikmat Hardono selaku Executive Director Indonesia mengajar ini lebih ditekankan untuk para pengajar muda yang akan di kirim ke camp mengajar di Garut. Beliau menyampaikan kepada para pengajar muda untuk datang dengan rendah hati dan posisikan diri mereka sebagai pengajar yang akan membantu mereka dalam mendapatkan pendidikan dan membantu mereka membenahi masalah yang mungkin terjadi di sana walaupun dalam waktu yang singkat. Selain itu, kehadiran para pengajar muda di sana di harapkan dapat saling menyatukan diri dan mempengaruhi entitas perilaku yang lebih baik. Dan saya ingat satu kutipan hebat yang beliau sampaikan,
Satu hal baik yang anda lakukan, akan mengikat hal baik lainnya di lain hari”

             Berikutnya, merupakan materi terakhir yang disampaikan oleh Bapak Drs. Widio Winarso dominan mengarah kepada pendidikan indonesia saat ini. Beberapa poin penting yang disampaikan adalah permasalahan Guru yang ada di Indonesia, yaitu :
·         Distribusi yang tidak merata
·         “right human not in the right place” , masih banyak guru yang mengajar yang bukan dibidangnya
·         Kurangnya guru di daerah terpencil, dan
·         Masih ada guru yang belum memenuhi kualifikasi pendidikan
         

0 comments on "Mendidik Anak dengan C.I.N.T.A"

Post a Comment

Poskan komentar

Thursday, January 19, 2012

Mendidik Anak dengan C.I.N.T.A

Senin, 16 Januari 2012

Sambil menunggu hari datangnya UAS atau ujian Akhir semester yang akan diadakan lusa, saya menyempatkan diri untuk mengikuti sebuah seminar yang bertemakan “Mengajar  sebagai wujud dan bakti membangun bangsa”.  Seminar berjudul Gerakan UI Mengajar ini merupakan seminar sekaligus pelepasan secara simbolis kepada 30 mahasiswa UI yang terpilih sebagai pengajar muda.  Gerakan yang diinspirasi dari gerakan Indonesia mengajar ini sangat menarik minat para mahasiswa, kurang lebih 8000an mahasiswa UI ikut mendaftar untuk gerakan ini. Setelah melalui proses seleksi, terpilihlah 30 orang yang akan dikirim ke daerah Bojong, Garut. Mereka akan menjadi pengajar muda yang siap membantu anak – anak di sana selama 23 hari.

Kondisi sekolah di sana sangat memprihatinkan, saya benar – benar terpana ketika kak Maman Abdurahman, ketua BEM UI 2011, memperlihatkan foto – foto keadaan sekolah di sana. Pembangunan sekolah yang “setengah-setengah” atau tidak tuntas itu sangat memprihatinkan. Ada bangunan berlantai 2 yang jika saya lihat cukup berbahaya karena tangganya seperti dibuat seadanyaa dan tanpa pagar pembatas. Beberapa dinding sekolah hanya terbuat dari anyaman kayu dan daun pintu yang terbuat dari kain. Musholla tanpa atap, hanya pondasi yang dapat saya lihat. Selanjutnya, keadaan kamar mandi. Sungguh, saya tidak kaget mungkin karena letaknya di daerah mungkin masih terbilang wajar. Tetapi, sekolah ini hanya memiliki satu kamar mandi. Bukan, bukan kamar mandi. Toilet? Sepertinya bukan. Orang – orang lebih sering menyebutnya jamban. Wah..saya gak habis pikir bagaimana para pengajar muda itu MCK. Hehe
Ironis memang. Pendidikan rasanya menjadi nomor kesekian untuk dapat kepedulian. Saya penasaran dengan latar belakang adanya gerakan ini. Namun, akhirnya terjawab. Ketua BEM UI 2011 ini menjelaskan bahwa pada dasarnya mereka tidak hanya ingin menjadi seorang mahasiswa yang hanya terkenal karena demo atau hanya memberikan kritikikan – kriktikan mereka kepada pemerintah. mereka juga ingin ambil andil dalam membantu pemerintah menuntaskan pendidikan yang agak sulit dijamah pembangunan. Walaupun hanya 23 hari, mereka memiliki visi untuk dapat diwujudkan disana.

Waktunya kembali ke materi seminar  yang akan dibawakan oleh ketiga pembicara yang dihadirkan disini, yaitu Dr. Seto Mulyadi (Ketua Dewan Pembina Komnas Perlindungan Anak), Drs. Widio Winarso (dari Dikjen Dikti) dan Bpk. Hikmat Hardono (Executive Director Indonesia Mengajar).
Materi pertama yang disampaikan oleh kak Seto ini adalah Mendidik Anak dengan CINTA.  Penyampaian materi dengan gaya kak Seto yang ceria dan diselingi beberapa lagu anak ini membuat materi yang disampaikan padat, ringan dan jelas. Namun, tetap memberikan kesan mendalam dalam tiap penyampaiannya. Beliau menjelaskan bagaimana harus menghadapi anak dengan penuh kasih sayang dan cinta. Tidak hanya dengan kata – kata ataupun tindakan kekerasan. 

Setiap anak itu berbeda, mereka memiliki Gaya Belajar yang berbeda – beda. Ada anak yang ketika dijelaskan, ia diam dan menyimak dengan baik sambil memperhatikan. Ada anak yang tipenya adalah pendengar yang baik, dia tidak menatap apa yang dijelaskan. Namun, menyimak dengan baik. Ada pula anak dengan tipe kinektetik, jika ia belajar dengan gerakan, mungkin lebih cepat mengerti.

Setiap anak itu pada dasarnya CERDAS. Hanya saja, kadang potensi mereka tidak muncul karena beberapa hal seperti, lingkungan yang tidak kondusif, diskriminasi dan tindak kekerasan. Anak – anak itu CERDAS, semua tergantung bagaimana mendidik mereka dengan penuh cinta untuk menggali potensi – potensi yang ada dalam diri mereka. 

Namanya juga anak – anak, mereka lebih suka bermain ketimbang belajar. Namun, mereka akan belajar jika mereka sekolah dengan proses yang menyenangkan. Mereka akan suka berada di sekolah dan menerima pelajaran yang disampaikan dengan suara yang riang, permainan yang menarik sehingga akan timbul rasa suka dari dalam diri mereka dengan cap bahwa belajar itu menyenangkan. Tetapi, apabila dalam proses belajar dipenuhi dengan tekanan, omelan, bahkan kekerasan maka apa dampaknya? Dampaknya akan timbul sikap agresif dalam diri anak, bullying, panik,  gelisah, rendah diri dan malas ke sekolah.

Tidak hanya cara mendidik anak yang menjadi kendala dalam pendidikan kita sekarang ini. Kurikulum pendidikan di Indonesia terlalu padat dan kurang berpihak pada hak anak. Kak Seto berpendapat bahwa kurikulum kita saat ini harus dibuat mudah dan ramah anak. Seperti yang saya alami sendiri, adik saya ketika berumur 7 tahun atau kelas 1 Sekolah Dasar sudah harus mempelajari pelajaran Komputer. Memang untuk mengikuti perkembangan teknologi yang sudah semakin maju, manusia harus belajar lebih cepat. Namun, dampaknya tidak baik bagi anak. Mereka tumbuh lebih cepat dari umur mereka, kadang materi yang disajikan untuk belajar terlalu berat dan hal tersebut menekan anak. Hal seperti ini yang terjadi saat ini sangat memprihatinkan dalam perkembangan anak. Padahal sistem pengembangan yang tepat, sesuai dengan umur anak akan mempermudah dalam pembangunan karakter yang positif bagi anak.

Semua anak pada dasarnya senang belajar. Hal ini tergantung bagaimana pengajarnya. Apakah baik? Yang dengan sabar menerangkan atau pengajar yang cepat marah – marah? Karena itu diperlukan pengajar yang professional dan mendidik dengan cinta untuk mengembangkan diri anak agar lebih baik lagi. Pengajar yang dapat mengendalikan suasana  gembira dapat menjadikan anak belajar lebih efektif.

Selain itu, anak – anak yang kesulitan belajar biasanya mereka mendapatkan kekerasan yang terjadi di dalam keluarga. Contohnya, apabila seorang anak yang belum mengerjakan PR nya maka orang tua akan dengan mudah membentak, mencubit, menjewer dan lain – lain. Perbuatan – perbuatan semacam ini akan menimbulkan dampak yang tidak baik bagi anak. Mungkin anak akan takut kemudian mengerjakan PR nya, tetapi anak akan dengan mudah tertekan, tidak fokus, malas dan kekerasan dapat membentuk karakter anak menjadi agresif dan kasar.

Kekerasan yang terjadi tidak hanya terjadi di dalam keluarga. Kekerasan juga terjadi karena media elektronika contohnya  iklan dan sinetron mendominasi penayangan di televise, sedangkan tayangan pendidikan berbeda jauh di bawah tayangan iklan, sinetron, hiburan, dan lain – lain. Kekerasan yang terjadi di tengah masyarakat seperti pekerja anak, pengamen anak – anak, jual beli anak, dan sebagainya.
Anak – anak memiliki rasa ingin tahu yang luar biasa. Kembangkanlah aspek kognitif, afektif dan psikomotorik anak sehingga rasa ingin tahunya yang luar biasa akan terpuaskan dengan jawaban yang memuaskan. Anak pun akan berpikir lebih kritis atas apa yang ia tanyakan.

Semua anak itu unik, autentik dan tidak terbandingkan! Setiap anak memiliki karakter yang berbeda – beda, gaya belajar yang berbeda – beda, memiliki minat dan bakat yang berbeda – beda. Oleh karena itu, jangan pernah membandingkan seorang anak dengan kakaknya, adiknya ataupun temannya. Jika hal itu dilakukan, anak akan merasa rendah diri dan tidak akan menjadi dirinya sendiri.

Anak –anak tumbuh dan berkembang dengan bermain, karena itu ajarilah anak dengan cara berpikir mereka. Bukan dengan cara berpikir orang dewasa yang apabila tidak mengerti, langsung dimarahi, dibentak. Janganlah mudah terpancing emosi dan mudah berputus asa dalam mengajari anak – anak. Ingatlah, mereka hanya anak – anak. Karakter mereka di masa depan tergantung bagaimana mereka diperlakukan ketika mereka masih anak – anak.

Kecerdasan seorang anak tidak hanya dilihat dari IQ saja. IQ bukanlah segalanya, tumbuhkanlah kreatifitas anak sehingga ia dapat mengembangkan jalan pikirannya menjadi sebuah inovasi yang berbeda dari yang lain. Out of the box.
Berikut 8 macam kecerdasan pada anak :
·         Cerdas angka
·         Cerdas kata
·         Cerdas gambar
·         Cerdas musik
·         Cerdas tubuh
·         Cerdas teman
·         Cerdas diri
·         Cerdas alam
Karena itulah, setiap anak berbeda kecerdasannya. Lihatlah termasuk dalam kategori mana seorang anak, ajarilah sesuai letak kecerdasannya. Mari saya beri contoh, seorang anak yang memiiliki kecerdasan di bidang musik. Ajarilah ia matematika dengan lagu sederhana, jangan paksa ia harus menghafal seluruh angka mentah – mentah. Anda dapat membuat sendiri lagu dengan nada sederhana ataupun dengan cara cara yang kreatif dan menyenagkan. Karena, Kunci sukses dalam mengajari anak adalah KREATIF.

Bagaimana belajar yang efektif? Belajar yang efektif adalah belajar dengan suasana yang menyenagkan. Belajar yang mencakup beberapa hal di bawah ini, yaitu :
·         Hiburan
·         Permainan
·         Warna – warni
·         Berpikir positif
·         Badan segar
·         Emosi yang sehat
             Tidak hanya suasana yang menyenangkan untuk belajar lebih efektif. Pengajar pun memiliki peran penting dalam mendidik anak. Seorang pengajar yang menyenangkan akan disukai anak didiknya. Maka seorang pengajar harus dapat melatih senyumnya yang ramah dan menyenangkan untuk anak didiknya, melatih suaranya agar lebih lepas dan riang dengan intonasi yang ceria dan melatih caranya berbicara dengan anak – anak.

        Seorang pendidik dan pengajar professional harus mampu menjadi artis serba bisa. Pendidik dan pengajar dituntut mengikuti pola pikir anak – anak, sehingga pendidik dapat bertranformasi menjadi :
·         Penyanyi
·         Pelawak
·         Seniman
·         Pelawak
·         Pesulap
·         Ilmuwan,
·         Dan lain lain
Hal seperti ini membuat anak akan terinspirasi oleh pendidiknya yang kreatif. Anak pun tidak akan merasa bosan untuk belajar di sekolah dengan pengajar dan pendidik yang kreatif seperti ini.
Topik mengenai kekerasan dalam seminar sangat dominan diisampaikan oleh Kak Seto. Beliau berkali kali menyampaikan untuk menjadikan rumah dan sekolah yang ramah untuk anak, menghindari kekerasan yang dapat membunuh karakter anak dan ajarilah anak dengan C.I.N.T.A ^^

Dari materi yang telah disampaikan di atas, saya dapat menyimpulkan beberapa poin penting dalam mendidik anak, yaitu :
*      Hentikan pola kekerasan yang sepertinya sudah terbiasa terjadi dalam keluarga, seperti membentak, menjewer, mencubit dan sebagainya. Anak membutuhkan rumah yang ramah untuk pengembangan karakter yang positif.
*      Setiap anak itu unik, kita tidak dapat melakukan standarisasi pada setiap anak dengan tuntutan yang dapat memberatkan anak.
*      Jadilah pendidik dan pengajar yang kreatif
*      Dan mendidiklah dengan CINTA

                    Materi yang disampaikan oleh bapak Hikmat Hardono selaku Executive Director Indonesia mengajar ini lebih ditekankan untuk para pengajar muda yang akan di kirim ke camp mengajar di Garut. Beliau menyampaikan kepada para pengajar muda untuk datang dengan rendah hati dan posisikan diri mereka sebagai pengajar yang akan membantu mereka dalam mendapatkan pendidikan dan membantu mereka membenahi masalah yang mungkin terjadi di sana walaupun dalam waktu yang singkat. Selain itu, kehadiran para pengajar muda di sana di harapkan dapat saling menyatukan diri dan mempengaruhi entitas perilaku yang lebih baik. Dan saya ingat satu kutipan hebat yang beliau sampaikan,
Satu hal baik yang anda lakukan, akan mengikat hal baik lainnya di lain hari”

             Berikutnya, merupakan materi terakhir yang disampaikan oleh Bapak Drs. Widio Winarso dominan mengarah kepada pendidikan indonesia saat ini. Beberapa poin penting yang disampaikan adalah permasalahan Guru yang ada di Indonesia, yaitu :
·         Distribusi yang tidak merata
·         “right human not in the right place” , masih banyak guru yang mengajar yang bukan dibidangnya
·         Kurangnya guru di daerah terpencil, dan
·         Masih ada guru yang belum memenuhi kualifikasi pendidikan
         

No comments:

Post a Comment

Poskan komentar

 

DreamCatcher Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez